Senin, 31 Mei 2010

PBA

Artikel Skripsi: Bi'ah Arabiyyah

PENGEMBANGAN BI'AH ÁRABIYYAH DI MA'HAD SUNAN AMPEL AL-ALY

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

Hasyim Amrullah

Abstrak: dalam pembelajaran bahasa Arab di perlukan adanya praktek atau aplikasi dalam pembelajaran, di antaranya metode dalam pembelajaran bahasa Arab adalah bi'ah Arabiyyah, bi'ah Arabiyyah adalah suatu lingkungan yang mana setiap kegiatan diwarnai atau dilakukan dengan bahasa Arab. Metode ini sangat bermanfaat dalam pembelajaran bahasa asing karena dimana para pelajar akan mengaplikasikan atau mempraktekkan bahasa yang telah mereka pelajari dengan tidak ada rasa grogi atau malu.

Kata kunci: Bahasa Arab, Ma'had Sunan Ampel Al-Aly, Bi'ah Árabiyyah.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagaimana Roqib (2004:2) mengatakan bahwa secara kronologis fungsi bahasa adalah untuk menyatakan ekspresi diri, alat komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial dan sebagai alat untuk kontrol sosial. Dengan bahasa, seseorang akan melakukan komunikasi, baik ketika ia akan menyampaikan sesuatu yang ada dalam benaknya maupun menerima kabar dari orang lain.

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesama. Bahasa memiliki sifat yang universal sehingga bisa digunakan oleh siapapun tanpa melihat ras, suku, status sosial, hingga antar bangsa atau benua (Arifah, 2004:1). Borwn mengemukakan bahwa bahasa juga dipergunakan sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan sesama manusia (Tarigan, 1989:6).

Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa dunia, mempunyai kedudukan yang tinggi setelah bahasa Inggris, yaitu sebagai bahasa internasional. Bahasa Arab telah resmi digunakan sebagai “bahasa penghubung” antar bangsa, karena bahasa Arab merupakan: (1) Bahasa resmi bagi 20 negara di Benua Asia dan Afrika, (2) bahasa resmi di lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, (3) bahasa resmi dalam organisasi- organisasi Islam internasional, seperti Muktamar Al- Islamiyah, Rabitah allam Islami, dan Organisasi Islam Internasional (OII) yang berpusat di Jakarta, (4) bahasa resmi dalam konferensi-konferensi Islam Internasional yang Indonesia menjadi anggotanya, (5) Sebagai bahasa penghubung antar negara Indonesia dan negara-negara Arab, karena pada zaman yang dewasa ini hubungan antar bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa Arab semakin meningkat dan luas baik di bidang agama, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan politik (Ansori, 1995:2).

Sebagaimana bahasa yang lain, bahasa Arab memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, transfer, dan menyatakan seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Sesuatu yang ditransfer biasa berupa pemikiran, pengertian, perilaku dan kesenangan atau secara global yang ditransfer adalah pemikiran (Roqib, 2004:4).

Melihat arti penting bahasa Arab tersebut, maka sudah sepatutnya bahasa Arab dipelajari dan dikembangkan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena hampir 90% penduduk Indonesia beragama Islam. Untuk menunjang pembelajaran bahasa Arab tersebut, maka banyak sekolah-sekolah umum, maupun pondok pesantren menerapkan sistem pengembangan bahasa Arab yang bervariasi. Salah satu sistem pengembangan yang dipakai adalah penciptaan Bi'ah Árabiyyah.

MSAA UIN Malang ini adalah salah satu lembaga pendidikan non formal bercirikan keislaman, yang produktif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam upaya peningkatan pembelajaran bahasa Arab, ma'had ini mengadakan program kebahasaan yaitu: (1) penciptaan Bi'ah Árabiyyah (Lingkungan Bahasa), (2) pelayanan konsultasi bahasa, (3) Al- yaum Al- Araby, (4) Al-Musabaqah Al- Arabiyyah, (5) Shabah lughah.

Bi'ah Árabiyyah adalah suatu kondisi lingkungan kearaban dengan berbagai kegiatan bernuansa kearaban, baik percakapan sehari-hari maupun kegiatan yang lain, kegiatan tersebut meliputi bahasa komunikasi berbahasa Arab, mengkaji kitab kuning, lomba- lomba berbahasa Arab, dan kajian kaidah- kaidah bahasa Arab. Semua itu dilakukan oleh para santri secara kontinu dalam satu lokasi karena itu akan memudahkan para santri untuk berhubungan satu dengan yang lain dan mengembangkan kemampuan kebahasaannya secara optimal. Para santri akan melakukan belajar bahasa secara alami. Penerapan Bi'ah Árabiyyah penting karena para santri akan termotivasi untuk menggunakan bahasa Arab yang dipelajari dengan penuh keberanian dan percaya diri. Dengan demikian lingkungan sangatlah penting dalam pengembangan kebahasaan (Nurhidayati, 2003:3).

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengembangan lingkungan kearaban di MSAA UIN Malang. Oleh karena itu, penelitian ini dengan judul "Pengembangan Bi'ah Árabiyyah di Ma’had Sunan Ampel Al-Ali Universitas Negeri Malang"

Penelitian ini untuk Mendeskripsikan latar belakang, tujuan, sistem, aktivitas, faktor pendukung dan penghambat pengembangan Bi'ah Árabiyyah di MSAA UIN Malang.

A. METODE

Rancangan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif ada tiga alasan digunakannya rancangan kualitatif dalam penelitian ini yaitu: (1) Penelitian ini berusaha menggali informasi tentang pengembangan Bi'ah Árabiyyah, yaitu dengan mempelajari secara mendalam terhadap kegiatan pengembangan Bi'ah Árabiyyah di MSAA UIN Malang. (2) Penelitian ini berusaha membuat paparan dan kesimpulan yang didasarkan pada suatu konteks yang ada di lapangan. (3) Penelitian ini melibatkan interaksi informal dan proses yang mereka lakukan dalam pengembangan Bi'ah Árabiyyah.

Dipilihnya rancangan deskriptif dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau deskriptif tentang: (1) latar belakang diadakan Bi'ah Árabiyyah, (2) Tujuan pengembangan Bi'ah Árabiyyah, (3) Aktivitas yang dilakukan untuk pengembangan Bi'ah Árabiyyah, (4) usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka mengembangkan Bi'ah Árabiyyah, (5) faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan Bi'ah Árabiyyah di MSAA UIN Malang.

Agar memperoleh data tentang penggunaan bahasa Arab yang cukup, maka penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik ini dipakai karena penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dalam pengumpulan data tidak dapat di tentukan seberapa banyak orang yang terlibat, akan tetapi bagaimana dapat memenuhi kebutuhan penelitian sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah responden yang merespons atau menjawab pertanyaan peneliti baik berupa pertanyaan lisan maupun tulisan yang diberikan kepada direktur, pengasuh, murobbi (ustadz), para musyrif (pengurus), santri MSAA UIN Malang sebagai perencana, pelaksana, dan pengevaluasi proses pengembangan Bi'ah Árabiyyah. Sumber data yang kedua adalah berupa dokumen atau catatan-catatan ketika peneliti mengadakan observasi selama kegiatan pengembangan Bi'ah Árabiyyah berlangsung.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Metode Observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian observasi kali ini si peneliti akan menggunakan obsevasi moderate participation yaitu suatu observasi partisipatif dikatagorikan sebagai partisipasi moderat manakala peneliti etnografi (ethnografer) menjaga keseimbangan antara menjadi orang dalam (subyek yang diteliti) dan orang luar (peneliti), antara partisipan dan observer. Artinya dalam konteks ini peneliti sengaja menjaga jarak dengan subyek yang diteliti dan dapat meletakkan dirinya sebagai sosok yang di satu sisi sebagai peneliti dan di sisi lain sebagai partisipan (Ainin,2007:121). Oleh karena itu keberadaan peneliti dalam penelitian ini bisa sebagai sosok yang di satu sisi sebagai si peneliti dan di sisi lain sebagai partisipan. Peneliti akan mencatat dan merekam apa yang diamati dan didengar.

Wawancara (interview) yaitu suatu proses tanya jawab secara lisan, di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan dapat mendengar suaranya dengan telinganya sendiri. Moleong, (2005:186) juga berpendapat bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan wawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Metode ini digunakan mencari data yang terkait dengan latar belakang, tujuan, prioritas, belajar mengajar, faktor pendukung dan faktor penghambat, usaha-usaha pelestarian dalam pengembangan Bi'ah Árabiyyah di MSAA UIN Malang. Dalam teknik wawancara ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan sebagian Dewan Masayikh atau para kiai sebagai informan yang akan menginformasikan tentang banyak hal yang berhubungan dengan MSAA UIN Malang, setelah itu peneliti akan mengadakan wawancara dengan para asatidz sebagai pembina di asrama MSAA UIN Malang yang mengetahui banyak tentang perkembangan MSAA UIN Malang baik yang berhubungan dengan administrasi maupun kegiatan MSAA UIN Malang. Tak lupa peneliti juga mewawancarai sebagian mahasantri yang mana mahasantri adalah sebagai pelaku utama dalam kegiatan Bi'ah Arabiyyah.

Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film Guba dan Licoln dalam Moleong (2005:216). Teknik dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan lain-lain (Arikunto, 2002:206). Telaah dokumen ini dipakai untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan semua variabel pengembangan Bi'ah Árabiyyah yang dilakukan. Dalam metode dokumentasi ini peneliti akan mengambil data dokumen berupa foto atau buku panduan kegiatan selama proses pengembangan Bi'ah Árabiyyah dan berbagai dokumen dari catatan atau buku, majalah, notulen yang diperoleh dari kantor MSAA UIN Malang, bahkan dari person-person tertentu yang ada hubungannya dengan penyusunan skripsi ini.

Dalam mengelola dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dari penelitian, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Pengertian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menyajikan data tidak berupa angka-angka, melainkan bentuk kata-kata dan gambaran-gambaran (Moleong, 2005:11). Dalam analisis ini peneliti menggambarkan, menginterpretasikan dan menghubungkan suatu fenomena dengan fenomena yang lain, sehingga dapat diketahui data yang terkandung dalam data tersebut. Dengan demikian, analisis hasil penelitian ini diuraikan dalam bentuk kata- kata yang disusun secara sistematis sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kegiatan tersebut pada intinya adalah suatu upaya untuk memahami pengembangan dan peningkatan Bi'ah Árabiyyah secara mendalam, sehingga memungkinkan peneliti menyajikan penelitiannya kepada orang lain dengan jelas. Setelah data terkumpul kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data, kegiatan ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: (1) identifikasi data, (2) klasifikasi data, (3) penyaringan data, (4) penulisan kesimpulan.

Untuk lebih jelasnya berikut dikemukakan prosedur pengolahan data tersebut: (1) identifikasi data, data dibagi sesuai dengan karakteristik data tersebut. Pada tahap klasifikasi data, dilakukan pencocokan dan pemberian tanda sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Kegiatan pencocokan dimaksudkan untuk melihat jumlah instrumen yang terkumpul sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan pemberian kode dimaksudkan untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden menurut macam dan sifatnya dengan memberikan tanda, (2) klasifikasi dan penyaringan data, hal ini dilakukan setelah data terkumpul, sehingga data akan lebih sederhana. Tahap selanjutnya adalah penyaringan data. Pada tahap ini, data dikelompokkan menjadi data yang berguna dan yang tidak berguna, kemudian data yang tidak berguna dipisahkan sehingga tersisa data yang berguna saja, sesuai dengan rumusan masalah penelitian, dan (3) penyimpulan, pada tahap ini dilakukan penelaahan data-data yang berguna dan dihubungkan dengan masalah penelitian yang telah ditentukan dalam rumusan masalah penelitian, kemudian dipadukan dengan teori-teori yang ada dalam konteks pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa Arab.

B. HASIL

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pengembangan Bi'ah Árabiyyah di MSAA UIN Malang dilatarbelakangi oleh perlunya pembiasaan komunikasi dengan bahasa Arab bagi mahasantri atau para pengurus, dan bahasa Arab adalah bahasa Internasional, (2) tujuan diadakannya pengembangan Bi'ah Árabiyyah di MSAA UIN Malang adalah agar mahasantri bisa berbahasa Arab dengan lisan maupun tulis, mencetak dai, dan mahasantri bisa memahami kitab-kitab berbahasa Arab, (3) sistem pengembangan Bi'ah Árabiyyah di MSAA UIN Malang adalah: Ta'aruf Ma'hady, Ta'lim Al-Afkar Al-Islamiyyah, Ta'lim Al-Quran, pemberian plakat, layanan kebahasaan, pemberian materi dan kosakata bahasa asing, memberlakukan wajib bahasa Arab bagi semua penghuni ma’had, menghadirkan penutur asli, (4) aktivitas-aktivitas dalam mengembangkan Bi'ah Árabiyyah adalah: Shobahul lughah, pelayanan konsultasi bahasa, Al-yaum al-araby, Al-Musabaqoh Al-Arabiyyah, (5) faktor pendukungnya adalah: UIN Malang mewajibkan mahasiswa baru mengikuti program khusus pengembangan bahasa Arab (PKBA) selama satu tahun, bimbingan bahasa Arab, adanya plakat-plakat pesantren menggunakan bahasa Arab, motivasi tinggi, adanya kultum bahasa sehabis shalat lima waktu, adanya muharrikullughah (penggerak bahasa), dan adanya SAC (self acess center). Sedangkan faktor penghambatnya adalah: kurang ketatnya peraturan, terbatasnya daerah bahasa Arab, latar belakang mahasantri yang berbeda-beda, kurangnya kesadaran diri para mahasantri, waktu yang sangat sempit, kurangnya pantauan dari para pengurus, dan kurangnya peran dewan kiai dalam aplikasi bahasa.

C. PEMBAHASAN

1. Latar belakang pengembangan

Pembiasaan komunikasi bahasa arab, Dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk mempelajari bahasa Arab akan berhasil bila didukung lingkungan yang memadai. Dengan adanya lingkungan yang baik, maka pembelajaran dinilai lebih berhasil maksimal. Karena itulah UIN mendirikan MSAA UIN Malang dalam rangka melakukan pembiasaan-pembiasaan berbahasa Arab. Belajar bahasa yang baik adalah melalui praktek langsung. Karena bahasa merupakan alat komunikasi antar sesama manusia, maka pembelajaran yang tepat adalah melalui suatu lingkungan di mana di dalam lingkungan tersebut terdapat sistem yang mengatur pembiasaan bahasa Arab sehari-hari.

Bahkan lebih jauh saat ini dalam konteks pengembangan lingkungan kebahasaan di MSAA UIN Malang sudah berhasil menciptakan suasana kondusif bagi pengembangan kepribadian mahasiswa yang memiliki kemantapan akidah dan spiritual keagungan akhlak atau moral, keluasan Ilmu dan kemantapan profesional. Hal ini akan mendukung terciptanya Bi’ah Lughowiyyah yang kondusif bagi pengembangan bahasa Arab, serta terciptanya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kegiatan keagamaan. Selain itu pengembangan lingkungan kebahasaan di MSAA UIN Malang berhasil menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan minat dan bakat.

Berangkat dari realitas tersebut, hal itu merupakan model lain dari pengembangan pondok pesantren tradisional yang mengajarkan melalui metode ”Biah Arabiyyah” atau lingkungan kearaban. Sebagaimana di pondok pesantren tradisional, di MSAA UIN Malang para santri tersebut selalu hidup bersama antara satu dengan yang lain, dan hal ini diharapkan memperlancar komunikasi bahasa Arab antara santri dengan santri atau antara santri dengan sang pengurus, baik pada saat kegiatan formal atau non formal.

Selain itu pendirian MSAA UIN Malang juga dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa bahasa Arab merupakan bahasa internasional. Di sisi lain, baik Al-Qur’an, al-Hadits maupun kitab-kitab yang sering dipelajari mahasiswa UIN lebih banyak juga menggunakan bahasa Arab. Hal ini menjadi keyakinan bahwa mempelajari bahasa Arab adalah sama dengan mempelajari ilmu alat untuk bisa mempelajari ilmu-ilmu lainnya.

Sebagai bahasa internasional, UIN menyadari perlunya mendorong semua mahasiswa semester awal untuk menguasai bahasa Arab secara lancar agar pada saat semester lanjut nanti mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam pelajaran-pelajaran yang berbahasa Arab. Selain itu juga dimaksudkan agar lulusan mahasiswa UIN bisa bersaing lebih kompetitif dengan lainnya. Untuk mendukung tujuan ini berbagai metode diterapkan agar mahasiswa mendapatkan fasilitas dalam rangka mempelajari bahasa Arab. Sebab faktanya selama ini pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia mempunyai posisi strategis dilihat dari fungsinya sebagai bahasa Al-Quran dan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

2. Tujuan Pengembangan

a) Mahasantri Bisa Berbahasa Arab

(Lisan Maupun Tulisan)

Dengan menyadari bahasa Arab sebagai bahasa internasional, maka dalam konteks pembelajaran ini mahasiswa dituntut untuk bisa memahami bahasa Arab secara lisan maupun tulisan. Dari data penelitian ini dapat dikemukakan bahwa MSAA UIN Malang mengembangkan Bi’ah Árabiyyah dengan tujuan agar para mahasantri bisa berbahasa Arab baik lisan maupun tulisan. Kemampuan secara lisan dan tulisan merupakan satu paket pembelajaran. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengaplikasikan bahasa Arab dalam lingkungan sehari-hari dan kedua kemampuan tersebut bersifat saling menunjang. .

Dalam rangka menguasai bahasa Arab itu setidaknya harus menguasai pemahaman apa yang didengar. Selain itu juga mampu memahami teks yang dibaca seperti buku, kitab, majalah, koran atau teks apapun yang tertulis dalam bahasa Arab. Adapun terkait dengan lisan juga harus mampu menyampaikan isi pikiran dalam bahasa Arab, di mana pendengar mampu memahami apa yang diucapkan. Dalam konteks tulisan, kemampuan itu dibuktikan dengan kemudahan menyampaikan pikiran kepada pembaca dengan bentuk tulisan.

b) Mahasantri Bisa Memahami Kitab-Kitab Bahasa Arab

MSAA didirikan sebagai amanat dan tanggung jawab bersama lembaga UIN Malang, di mana segenap civitas akademikanya ikut aktif membina atau memberikan saran demi kemajuan MSAA UIN Malang di hari mendatang. Tuntutan yang ditujukan kepada perguruan tinggi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang ulama yang intelek profesional dan intelek-profesional ulama. UIN Malang sebagai lembaga perguruan tinggi Islam merasa berkepentingan untuk menciptakan sebuah sistem pendidikan yang dapat mengintegrasikan dua hal tersebut.

Untuk mencapai target itu, mahasantri dituntut memiliki kemampuan untuk memahami buku-buku karangan para ulama besar pada zaman dahulu. Hal ini dikarenakan kitab-kitab tersebut merupakan literatur-literatur umat Islam dalam memegang teguh agamanya yang disajikan dalam bahasa Arab dan dengan demikian perlu menguasai bahasa Arab dalam rangka mempermudah pemahamannya terhadap kitab-kitab tersebut.

c) Mencetak Dai

Tujuan pembelajaran bahasa Arab di MSAA UIN Malang salah satunya adalah untuk mencetak dai-dai yang memiliki kemampuan bahasa Arab dengan baik. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang menyatakan banyaknya mahasantri yang mempunyai potensi tinggi menjadi dai. Dari data dapat diketahui bahwa banyak para mahasantri yang berada di MSAA UIN Malang adalah keluaran dari pondok pesantren dan mereka kebanyakan sudah menguasai bahasa Arab dengan baik.

Terkait dengan potensi tersebut, MSAA UIN Malang sebagai didirikan ma'had mahasiswa yang berupaya merealisasikan visi dan misi dalam mencetak sarjana yang intelek profesional yang ulama' dan ulama' intelek yang profesional, yang mempunyai kedalaman ilmu, moral dan spiritual, sehingga dapat dan mampu menjawab tantangan zaman. Dalam hal ini dikembangkan suasana yang kondusif bagi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dari sisi profesionalisme maupun keagungan moral, dan terlaksananya sebuah pendidikan yang mengintegrasikan antara kepentingan ilmiah dan maknawiyah.

3. Sistem Pengembangan

a) Ta’aruf Ma’hady

Ta'aruf ma'hady adalah salah satu kegiatan yang dimaksudkan sebagai media memperkenalkan ma’had sebagai salah satu institusi penting di Universitas Islam Negeri Malang mulai dari kepengurusan, visi, misi tujuan, program kegiatan ta’lim Al-Quran, ta’lim Al-Afkar al-Islami, Arabic day, English day dan capaian program yang diharapkan dimana keberadaan program tersebut menjadi prasyarat untuk mengikuti beberapa mata kuliah studi keislaman dan mata kuliah bahasa Inggris pada masing-masing fakultas.

b) Ta’lim Al-Afkar Al-Islamiyyah

Ta’lim sebagai media proses belajar mengajar ini diselenggarakan dua akli sepekan selama dua semester, di ikuti oleh semua para santri di masing-masing unit hunian dan diasuh langsung oleh para pengasuhnya.

Ta’lim Al-Afkar Al-Islamiyyah seperti ini biasa di lakukan di pondok pesantren yang lain, bertujuan untuk memperdalam ajaran agama Islam sehingga ketika para mahasantri terjun di masyarakat mereka akan siap dengan ilmu yang mereka miliki. Ismail, (2003: 28) mengatakan bahwa Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab- kitab klasik (kitab kuning) diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama dari pesantren dalam mendidik calon-calon ulama.

c) Ta’lim Al-Quran

Ta’lim ini diselenggarakan tiga kali dalam sepekan dalam dua semester, diikuti oleh semua santri dengan materi yang meliputi taswith, qiraah, tarjamah dan tafsir dan dibina oleh para musrif, murabbi, komunitas JQH dan pengasuh. Capain ta’lim ini adalah di akhir semester genap semua santri telah mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar, hafal surat-surat tertentu, sebagai santri yang memiliki kemampuan lebih akan diikutkan kelas terjemah dan tafsir, sehingga memiliki kemampuan teknik-teknik terjemah dan menafsirkan.

Ta'lim Al-Quran ini juga termasuk bagian pembelajaran bahasa arab yang mana sang mahasantri nantinya akan mengerti bagaimana cara membaca Al-Quran dengan benar, hafal, mengerti terjemahan dan penafsiran dari ayat-ayat Al-Quran, hal ini di perkuat pendapat dari Effendy (2001:409) yang menggambarkan bahwa pembelajaran bahasa Arab bervariasi dan salah satu dari variasi tersebut adalah pembelajaran bahasa Arab yang bersifat verbalistis, yaitu mengajarkan keterampilan membaca Al-Quran, doa-doa dan bacaan-bacaan sholat.

d) Pemberian Plakat

Dari hasil penelitian ditemukan keberadaan plakat-plakat yang tertuliskan kata perintah, ayat Al-Quran, nama-nama benda dan ruangan yang berbahasa Arab, di MSAA UIN Malang. Di samping itu pengurus juga memberikan pelabelan mufradat-mufradat di setiap benda-benda yang ada di sekitar ma’had (tazwidul mufradat).

Adapun plakat-plakat tersebut fungsinya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bernuansa bahasa Arab, di mana para mahasiswa akan belajar bahasa Arab dengan sendirinya atau alami. Dengan metode dan lingkungan seperti itulah diharapkan mahasiswa UIN lebih menyadari akan pentingnya kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa internasional.

e) Layanan Kebahasaan

MSAA UIN Malang mengembangkan Bi’ah Árabiyyah melalui layanan kebahasaan yang dimaksudkan untuk para santri yang sedang mengalami kesulitan belajar bahasa Arab. Para pengurus memberikan layanan ini pada saat para mahasantri mengalami kesulitan dalam berbahasa Arab dan Inggris. Pelayanan ini merupakan fasilitas yang sangat membantu bagi para santri untuk terus mengembangkan kebahasaannya tanpa merasa kesulitan. Layanan ini cukup efektif membantu terutama bila mahasantri ada yang merasa kesulitan.

Melalui pembelajaran bahasa secara intensif dan kreatif ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan kajian terhadap literatur yang berbahasa Arab secara mandiri, sehingga harapan agar mahasiswa mampu mengembangkan keilmuan lebih lanjut dapat terwujud. Hal ini sesuai dengan metode Bi’ah Árabiyyah ini secara umum.

f) Pemberian Materi dan Kosakata Bahasa Asing

Bentuk kegiatan MSAA UIN Malang cukup banyak. Di MSAA UIN Malang para pengurus memiliki banyak metode dalam pemberian materi atau kosakata bahasa Arab, misalnya dengan menggunakan media, audio visual, dan ceramah atau praktek kegiatan yang dilakukan di pagi hari. Hal ini untuk semakin memperbanyak kosakata bahasa Arab yang belum diketahui mahasantri.

Dengan demikian pelajar bahasa mengalami semua masukan dari luar secara menyeluruh, yakni mulai dari pikiran (kemampuan kognitif) dan perasaannya (kemampuan efektif). Dengan adanya metode Bi’ah Árabiyyah memungkinkan untuk direalisasikan sehingga para pengguna peserta pembelajar bahasa Arab akan bisa belajar dan memperoleh pelajaran secara langsung dan tidak terasa bahwa mereka telah belajar banyak tentang bahasa Arab baik mufrodat baru ataupun kalimat baru.

g) Memberlakukan Wajib Bahasa Arab Bagi Semua Penghuni Ma’had

Peneliti juga menemukan bahwa dalam pengembangan Bi’ah Árabiyyah di MSAA UIN Malang, para pengurus atau musyrif memberlakukan wajib bahasa Arab bagi seluruh penghuni ma'had, baik itu santri, pengurus, dan Pengasuh. Dengan sistem yang ketat ini diharapkan mahasantri bisa melatih disiplin pada dirinya sendiri. Ketatnya sistem peraturan di MSAA UIN Malang ini dimaksudkan sebagai pembiasaan dalam diri mahasantri, dengan keyakinan apalagi sudah terbiasa para mahasantri tidak merasakan sebagai keterpaksaan melainkan sebagai suatu kebutuhan.

h) Menghadirkan Penutur Asli

Untuk mempercepat dan mempermudah penguasaan bahasa Arab baik secara lisan maupun tulisan, salah satu metode yang digunakan adalah dengan menghadirkan natik asli. Hal ini berangkat dari pandangan bahwa untuk mempelajari bahasa Arab di Indonesia juga memerlukan pengetahuan tentang budaya Arab. Dari hasil penelitian ini ditemukan data bahwa untuk pengembangan Bi’ah Árabiyyah MSAA UIN Malang menghadirkan natik asli dalam rangka memberi contoh dalam lahjah yang digunakan oleh orang Arab. Sebagian besar mahasantri menyatakan adanya natiq asli ini sangat bagus dalam mencontoh model lahjah bahasa Arab yang dipakai oleh orang Arab asli.

4. Aktivitas pengembangan

a) Kajian Kitab Berbahasa Arab

Salah satu kegiatan yang dilakukan di MSAA UIN Malang dalam pengembangan Bi’ah Árabiyyah adalah kajian kitab kuning, kajian ini adalah aplikasi dari sistim pengembangan sistim pengembangan yaitu Ta'lim Al-Afkar Al-Islamiyyah Bi’ah Árabiyyah. Kegiatan ini diperuntukkan bagi semua mahasantri yang ada di MSAA UIN Malang yang mana Kajian kitab ini dilakukan untuk menambah wawasan keislaman bagi siswa, maka mereka mengadakan kajian kitab berbahasa Arab. Kajian kitab ini sesuai dengan yang di kemukakan Ismail,(2003:28) bahwa Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab- kitab klasik (kitab kuning) diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama dari pesantren dalam mendidik calon-calon ulama’. Dari sini dapat di simpulkan bahwa kajian kitab-kitab kuning adalah untuk mencetak para ulama' atau mencetak dai, selain itu tujuan dari kajian kitab kuning adalah untuk memperdalam ilmu-ilmu agama Islam.

b) Ta'lim Al-Quraniyyah

Kegiatan ini ini adalah salah satu aplikasi dari sistim pengembangan Bi’ah Árabiyyah Ta'lim Al-Quran. Ta'lim Al-Quraniyyah sangat bermanfaat bagi pengembangan Bi'ah Arabiyyah yang dilakukan di MSAA UIN Malang. Karena di samping mempelajari bagaimana cara membacanya para mahasantri juga mempelajari bagaimana kandungan makna yang ada di Al-Quran tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Al-Quran sangat di anjurkan selain sebagai syafaat bagi kita semua di akhirat, Al-Quran juga mengandung berbagai ilmu pengetahuan.

c) Shobahul Lughah

Kegiatan ini untuk dilakukan secara rutin dalam rangka mendorong kemampuan yang lebih baik terhadap bahasa Arab. Kegiatan ini juga akan memberi pendidikan disiplin bagi para mahasantri dan memberikan kesadaran bahwa salah satu kunci untuk menguasai suatu bahasa adalah dengan berdisiplin dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.

Dengan adanya kegiatan Shobahul Lughah mahasantri bisa bertanya dan mendapatkan kosakata maupun pengetahuan baru dari bahasa Arab. Kegiatan ini sangat menunjang terutama untuk menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan dalam masalah kebahasaan.

d) Pelayanan Konsultasi Bahasa

Salah satu pelayanan yang diberikan pihak MSAA UIN adalah memberikan pelayanan konsultasi bahasa. Hal ini ditujukan untuk mengatasi masalah pada saat santri menemui kesulitan dalam berbicara baik itu berupa mufradat, susunan kalimat dan lain-lain. Dalam kegiatan ini para musrif memberikan kesempatan para santri untuk berkonsultasi tentang bahasa Arab. Pelayanan ini sendiri terdapat di unit atau (mabna) masing-masing.

Dengan adanya fasilitas ini diharapkan mahasantri tidak merasa kesulitan dalam mengaplikasikan bahasa Arab sehari-hari. Sebab keberadaan Pelayanan Konsultasi Bahasa yang dipandu oleh para musrif akan menjadi jalan keluar bila terdapat kesulitan tertentu yang dialami para mahasantri.

e) Al-Yaum Al-Araby

Kegiatan Al-yaum al-araby atau hari bahasa Arab merupakan salah satu kegiatan mahasantri MSAA UIN Malang yang dilakukan pada setiap Hari Jumat pagi. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pemberian materi berbahasa Arab, pelatihan membuat kalimat yang baik dan benar, permainan kebahasaan, latihan percakapan dua orang atau lebih dan diskusi berbahasa Arab dengan tema-tema tertentu.

Dengan adanya kegiatan ini sangat mendukung program-program lainnya yang sudah dijalankan. Kegiatan ini juga untuk melatih disiplin mahasiswa dalam belajar bahasa secara intensif. Pengadaan hari bahasa Arab ini juga mendukung tumbuhnya kualitas lingkungan bahasa Arab yang baik dan benar.

f) Al-Musabaqoh Al-Arabiyyah

Al-Musabaqoh Al-Arabiyyah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memotivasi para mahasantri agar mereka belajar bahasa Arab dengan semangat tinggi dan bersungguh-sungguh. Model kompetisi dalam belajar berbahasa ini sudah lama diperkenalkan dalam rangka mendorong semangat belajar untuk menguasai lebih detail suatu materi bahasa. Mereka yang berhasil memenangi lomba akan terinspirasi untuk terus belajar dan menjadi teladan bagi yang lainnya, di mana mahasantri lainnya bisa belajar dari mereka.

Dengan adanya lomba-lomba bahasa ini diharapkan pembelajaran lebih menyenangkan atau menggembirakan. Dalam proses pembelajaran bahasa Arab diperlukan model pembelajaran yang bersifat menyenangkan.

g)Khitobiyah

Kegiatan kithobiyah ini dilakukan setiap sehabis shalat lima waktu khususnya pada hari senin sampai kamis, kegiatan ini di peruntukan mahasantri MSAA UIN Malang yang mana setiap kali salah seorang mahasantri yang akan naik podium mimbar mereka dipilih dan dilatih oleh salah satu pengurus yang ditugaskan untuk membina. Kegiatan ini sangat membantu bagi kelancaran berbicara para mahasantri dalam berbahasa Arab karena di podium mereka dilatih secara mental dan teknik untuk berbicara bahasa Arab. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan khitabiyyah sangat membantu untuk melatih kelancaran berbicara bahasa Arab.

5. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan bi’ah árabiyyah

a) Faktor-faktor Pendukung Pengembangan Bi'ah Árabiyyah

Dalam mengembangkan bi'ah Arabiyyah MSAA UIN Malang mempunyai berbagai pendukung dalam mengembangkan bi'ah Arabiyyah diantaranya: (1) UIN Mewajibkan Mahasiswa Baru Mengikuti PKBA Selama Satu Tahun, dengan adanya kewajiban mengikuti PKPBA ini kemampuan mahasantri dalam berbahasa Arab akan bertambah sehingga dalam kemampuan berbahasa akan meningkat, (2) Bimbingan Bahasa Arab ini dilakukan di setiap bina' masing-masing santri bimbingan ini sangat bermanfaat bagi para santri ketika mereka mengalami kesulitan berbahasa, (3) Adanya Plakat-plakat Pesantren Menggunakan Bahasa Arab ini bisa meningkatkan kemampuan bahasa Arab para mahasantri karena para mahasantri akan belajar tidak terasa, (4) yang membuat para mahasantri giat belajar bahasa Arab ini adalah mereka yang mempunyai motivasi tinggi, (5) Adanya Ceramah Agama Dengan Dua Bahasa ini bisa membantu mental mahasantri untuk mempraktekkan bahasa Arab yang mereka pelajari secara berani dan tidak ada rasa grogi, (6) Adanya Maharrikullughah (Penggerak Bahasa) sangat fital dalam mengembangkan bi'ah Arabiyyah karena maharrikullughah sangat berperan dalam pengembangan bi'ah Arabiyyah, (7) SAC (Self Acess Center) merupakan salah satu tempat yang mana di tempat situ terdapat berbagai media dalam pembelajaran bahasa Arab, sehingga mahasantri bisa memanfaatkan media yang ada.

b) Faktor Penghambat Dalam Mengembangkan Bi'ah Arabiyyah

(1) Terbatasnya Daerah Bahasa Arab, sehingga para mahasantri sulit untuk mengembangkan bi'ah arabiyyah yang mereka lakukan setiap harinya, (2) Latar belakang Mahasantri yang Berbeda membuat jalanya kelancaran bi'ah arabiyyah tersendat dan tidak lancar karena kemampuan mahasantri yang berbeda-beda, (3) Kurangnya Kesadaran Diri Para Mahasantri menjadikan para santri tidak menggunakan bahasa Arab padahal bahasa Arab yang mereka pelajari adalah bahasa Al-Quran, Hadizt, dan internasional, (4) Keterbatasan Waktu di lingkungan ma'had yang menjadikan mahasantri jarang bertemu dan berinteraksi, (5) kurangnya pantauan dari para pengurus menjadikan para mahasantri bebas untuk melanggar peraturan yang ada, (6) Kurangnya Peran Dewan Kiai dalam Aplikasi Bahasa dikarenakan para dewan kyai sibuk dengan kepentingan kampus atau yang lain-lain sehingga kurangnya kontrol dari dewan pengasuh atau kyai.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Mengingat pentingnya penguasaan terhadap bahasa Arab bagi mahasantri yang ada di MSAA UIN Malang disarankan agar selalu sadarkan diri untuk selalu bersungguh-sungguh dalam belajar bahasa Arab dan melaksanakan Bi’ah Árabiyyah dengan baik. Dan disarankan untuk semua kegiatan yang ada sebaiknya di lestarikan dan di tingkatkan untuk lebih sempurna. Untuk para pembina MSAA UIN Malang disarankan agar tetap mempertahankan dan meningkatkan keberadaan Bi’ah Árabiyyah yang selama ini berjalan, Para dosen khususnya dosen bahasa Arab disarankan ikut berperan dalam pengembangan bahasa Arab dan Bi’ah Árabiyyah dimanapun berada, Para pengurus asrama untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan dan peraturan yang sudah ditetapkan oleh ma'had, Para asatidz yang mengajarkan bahasa Arab disarankan untuk lebih mengoptimalkan media dan menerapkan berbagai variasi dalam pembelajaran bahasa Arab, Adanya penelitian lanjutan untuk mendukung gerakan pembudayaan bahasa Arab dibutuhkan teori-teori tentang teknik pengembangan. Peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini terdapat kekurangan

DAFTAR RUJUKAN

Abidat, Dzuqon. Abdurrahman. Haq, Kuid. Abdul. 1987. Al-Bahtsu Al-Ilmi: Mafhumuhu wa Adawatuhu wa Asalibuhu. Oman: Darul Fikr.

Ainah, Erfa. 2004. Pengembangan Biah Arabiyyah di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Sastra. UM Malang

Ainin, Moch. 2007. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang. Hilal.

Ainin, Moh. 2002. Al- Araby: Jurnal Bahasa Arab dan Pengajarannya. Jurusan Sastra Arab. Malang: Universitas Negeri Malang.

Ansori, Ahmad Isa. 1995. Pembudayaan Bahasa Arab di Pondok Pesantren “Nurul Haromain” Desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabupaten Malang: Telaah Penumbuhan Biah Arabiyyah (Lingkungan Kearaban). Skripsi tidak diterbitkan. FS UM Malang

Arifah, Nanik. 2004. Persepsi Guru Tentang Pembelajaran Kontekstual sebagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Arab Berdasarkan Kurikulum 2004 Di Mts se-Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang. Fakultas Sastra.

Arikunto, Ahmad Isa. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bineka cipta.

Arsyad, Azhar. 2003. Bahasa Arab Dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: PT pustaka pelajar.

Bogdan, R.C. Balken, K.S. 1982. Qualitatif Rescarch for Education: Introduction to the Teory and Methode. Boston: Alyn end bacon

Dhafier, zamakashri. 1982. Taradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta. LP3ES.

Effendy, A. Fuad. 2001. ”Peta Pengejaran Bahasa Arab di Indonesia.” Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Pengajarannya. Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Ismail. 2003. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Insani, Suatu Kajian tentang Peran Pondok Pesantren dalam dangka Mneningkatkan Kualitas Sumberdaya Insani di Pondok Tebu Ireng Jombang Jawa Timur. Tesis tidak diterbitkan, Universitas Brawijaya Malang

LP3ES. 1985. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial..

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhidayati.2003. “Model Pengembangan Lingkungan di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Mantingan Ngawi.” Makalah Disajikan Lokakarya Pemanfaatan Multi Media dalam rangka Pengembangan Lingkungan Arabi. Di Jurusan Sastra Arab. Fakultas Sastra UM, 25 September.

Raharjo, D. 1983. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.

Rombe Panjung, JP. 1988. Pengajaran dan Pembelajaran Bahsa Asing (Sebuah Kumpulan Artikel), Jakarta: P2LPTK.

Roqib. M. 2004. Bahasa Arab Dalam Perspektif Gender Malang: Jurnal Bahasa Arab dan pengajarannya Al-Araby 2.2

Slameto, Moh. 2002. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Subyakto. Sri Utari. 1993. Metodologi pengajaran bahasa. Jakarta: Gramedia pustaka Utama.

Tarigan, D.J. dan Tarigan. HG. 1989. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tjahjono, Tengsoe. T. 1990. Peranan Lingkungan Informal dalam Pemerolehan Bahasa Kedua. dalam Nurhadi, Roekhan (eds). Dimensi- dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar Baru dan YA3 Malang.

UIN Malang. Buku Panduan Ma'had Sunan Ampel AL-Ali Universitas Islam Negeri Malang 2007-2008. Malang: Universitas Islam Negeri Malang.

_______, 2002. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtar Baru Van hoeve.

Hasyim Amrullah adalah mahasiswa jurusan sastra Arab Unifersitas negeri malang. Artikel ini diangkat dari skripsi sarjana pendidikan, program studi pendidikan bahasa Arab Universitas Negeri Malang, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar